October 29, 2018

Menulis dan Membaca adalah kegiatan Spiritual



    

    Membaca yang banyak, diikuti dengan menulis yang sering. Dua hal yang saling berkaitan dan tak terpisahkan. Buku menggambar adalah buku yang pertama kukenal. Maka aku sangat suka menggambar. Tetapi ternyata buku cerita punya peran penting, majalah LIFE edisi khusus Flora dan Fauna Bahasa Indonesia yang dibawa Bapakku dari Australia adalah magnet pertama jatuh cinta pada buku. Dari buku itu aku mengenal tentang tumbuhan monokotil dan dikotil, mengenal suku Aborigin dan Maui. Dengan ilustrasi foto-foto dan gambar detil tentu saja itu langsung menjadi buku favoritku dulu. 

   Perjalanan bersama buku sangat panjang, bisa dibilang ia adalah teman yang setia. Kemana aku pergi pasti membawa buku. Menulis, menjadi hal yang menyenangkan ketika mampu mengurai apa yang ada di benak dan pikiran. Mungkin itu menjadi faktor dimana aku lebih menyukai gunung dan petualangan yang rindang, ingin menulis betapa segar dan hijaunya paru-paruku di dalam hutan. 
Mengapa bagiku membaca dan menulis adalah kegiatan spiritual bagiku? Karena ketika aku hanyut dalam buku yang kubaca dan tulisan, aku seperti berada dalam sebuah kotak ruang berwarna putih terang. Aku mampu melihat apa saja, membayangkan apa saja dan melakukan apa saja. Ketika selesai, keluar cangkang, aku merasa ringan dan segar.

   Ibuku bercerita, aku seperti bapak. Senang membaca dan menulis. Menumpuk buku di lemari, dan cenderung mengoleksi. Benar juga. Aku sempat membongkar lemari buku yang membuat buku-bukuku berjamur. Sedih rasanya. 60% buku yang berkondisi bagus sengaja kudonasikan. Beberapa teman bersedia menampung buku-buku itu. Jujur, aku tak sembarangan membeli buku memang. Jadi wajah-wajah cerah temanku itu masih terbayang binarnya. Saat ini, lemari buku yang baru berisi buku-buku favoritku yang bisa berkali-kali kubaca. Tentu saja akan selalu bertambah penghuninya. Duh, Aku butuh lemari buku yang baru dan tidak cukup satu. *nyolek mas suami minta lemari :D*


Buku adalah terapi buatku

   Hidup itu tidak sedrama dalam buku romansa. Tetapi hidup terkadang lebih drama dari cerita balada. Untuk itulah sebuah cerita ditulis, buku dicetak, kita membaca. Tak hanya romansa, buku dan tulisan misteri dan komedi sangat melengkapi suasana hati. Bagiku begitu, tentu saja.
Buku bisa menjadi terapi. Yup, ketika suasana hati sangat sedih, aku akan mencari buku yang dapat membuatku tertawa. Ketika terlalu gembira, aku akan buka buku yang bertabur romansa. Ketika sedang merasa bosan, ada buku-buku epos sejarah yang siap untuk dibuka. Berhasil? Bagiku iya. 
Ketika usia bertambah dan daya tahan mata tak sehebat dulu, apalagi berkacamata, selalu tetap kuusahakan untuk membaca, minimal media massa. Koran dan majalah adalah salah satu kumpulan tulisan yang harus ada di rumah. 

Dengan segala isinya, buku mampu membuatku bertahan pada kondisi apapun. Bahkan dulu, ketika aku mengalami 'perundungan' oleh teman-teman, hanya buku temanku. Buku tidak akan meninggalkanmu, pikirku saat itu. Dan memang begitulah adanya.  
Dengan buku, aku mampu meredam rasa sakit hati dan terluka. Aku berusaha menyembuhkan diri sendiri dengan buku dan menulis, hingga mampu memaafkan meski tak akan melupakan. 
Membaca dan menulis merupakan kegiatan spiritual bagiku. Bagaimana dengan kamu?

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook